Selasa, 27 Maret 2012

GOLDEN GATE: Nonton TV Dari Mana Saja Bisa: Hubungi saya; Atau ...

GOLDEN GATE: Nonton TV Dari Mana Saja Bisa: Hubungi saya; Atau ...: Tweet #CeritaTwitter Tweet Link to 4000 online TV stations from your laptop . There is no need of a TV tuner or decoder ....
TRIBUNNEWS.COM--Praktisi hukum senior Adnan Buyung Nasution berpendapat upaya menghentikan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono di tengah jalan tetap konstitusional. Konstitusi sebagai Undang-undang Dasar (UUD) tidak bisa hanya dilihat secara tekstual. Ia harus juga dimaknai secara historikal dan kontekstual.
"Kenapa orang sibuk mengatakan menghentikan SBY di tengah jalan sebagai langkah inkonstitusional? Saya mau tanya, adakah satu pasal atau ayat pun di UUD 1945 yang menyinggung soal Perdana Menteri?" Buyung mempertanyakan.
Adnan Buyung: Menghentikan SBY Sekarang Konstitusional"Lalu kenapa di masa Soekarno dulu, dikenal banyak Perdana Menteri yang menyusun dan memimpin kabinet? Ada Kabinet Sjahrir, Kabinet Hatta, Kabinet Natsir, dan lainnya. Apakah itu tidak konstitusional?" ujar Buyung yang akrab disapa Abang dalam rilisnya kepada tribun, Rabu (28/3/2012)
Pernyataan Buyung itu disampaikannya saat berdiskusi dengan tokoh perubahan nasional Rizal Ramli di kantornya, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa (27/3) kemarin. Rizal Ramli yang juga Ketua Aliansi Rakyat untuk Perubahan (ARUP) itu diundang untuk memberikan pandangannya tentang situasi ekonomi dan politik terkini kepada para pengacara di firma hukum Adnan Buyung Nasution & Partners.
Menurutnya, sebuah UUD tidak bisa hanya dipahami secara kaku berdasarkan pasal-pasalnya belaka. Jika keadaan negara membutuhkan, maka bisa ditempuh praktik kenegaraan yang telah menjadi konvensi (kebiasaan). Pada kasus Kabinet Sjahrir, misalnya, itu terbentuknya karena Soekarno saat itu tidak lagi dipercaya dunia internasional.

Selasa, 20 Maret 2012

ARTIS HOLLYWOOD


HOLLYWOOD

Ketua MUI: Nonton Lady GaGa, Haram!

Senin, 19 Maret 2012 10:11 | 

Lady GaGa

 | Tag: Konser 2012

Ketua MUI: Nonton Lady GaGa, Haram!
Lady GaGa



Kapanlagi.com - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Kholil Ridwan menegaskan pendapatnya soal konser penyanyi internasional Lady GaGa yang akan berlangsung bulan Juni mendatang. Katanya, haram hukumnya menyaksikan konser Lady GaGa.
"Haram hukumnya. Tiket yang sudah dibeli segera dikembalikan. Dia (Lady GaGa) bisa merusak moral umat Islam karena mengumbar aurat," ujar KH Kholil Ridwan saat dihubungi wartawan, Minggu (18/3/2012).
KH Kholil mengatakan jika apa yang diucapkannya ini memang tidak mewakili organisasi MUI, melainkan pribadi. Apa yang dikatakannya merupakan sebuah kewajaran untuk umat Islam.
"Jangankan Lady GaGa, dangdut yang budaya lokal saja haram. Yang jual tiket dan pembeli tiket juga dosa,” katanya.
Rencananya, Lady GaGa akan melakukan konser di Indonesia pada tanggal 30 Juni mendatang di Stadion GBK, Jakarta.  Bahkan untuk tiket pre-sale-nya sendiri sudah habis terjual.
  (kpl/adt/dar)
Dilihat sebanyak 11.330 kali




Minggu, 18 Maret 2012

Kumpulan Opini Dan Artikel Menarik


Majalah Tempo, Soeharto dan Yesus

Oleh: Pdt Daniel Taruli Asi Harahap
http://rumametmet.com
Terus terang Tempo adalah satu-satunya media nasional yang melegakan hati saya di hari-hari terakhir sakit mantan presiden Soeharto sampai kepada kematiannya dan pemakamannya. Ketika seluruh media televisi tiba-tiba secara memualkan mendaulad Soeharto sebagai seorang “santo”, “aulia” atau “pahlawan suci tak bercela” hanya majalah Tempolah yang tetap menjaga dirinya kritis dan jernih memandang bekas penguasa digdaya Indonesia selama 32 (tiga puluh dua) tahun. Jauh sebelumnya, Tempo jugalah satu-satunya majalah yang serius melakukan investigasi melacak kekayaan Soeharto dan keluarganya. Tanpa harus mencemooh dan memaki-maki memakai bahasa vulgar, Tempo tetap pada pendiriannya bahwa Soeharto yang setelah mundur dari presiden menjadi manusia tua renta itu adalah figur yang penuh kontroversi di saat berkuasa, yang cenderung menganggap dirinya sebagai raja dengan restu ilahi yang kata-katanya bak sabda tak tersanggah, dan melakukan banyak kekerasan sekehendak
hatinya. Dari Tempo jugalah saya sering tahu hal-hal kecil tapi aneh di sekitar lingkaran kekuasaan yang menggelitik hati untuk berpikir dalam. Salah satu kejanggalan itu: walaupun para mantan pejabat dan tokoh seakan ber-koor meminta masyarakat memaafkan mantan presiden Soeharto namun anak-anak Soeharto sendiri rupanya sama sekali tidak mampu memaafkan Habibie dan Harmoko, yang terbukti dari penolakan kehadiran keduanya untuk menjenguk mantan bossnya. Padahal Habibie sudah jauh-jauh terbang dari Jerman.
Namun hari-hari ini Tempo dikecam habis-habisan oleh orang Kristen (tidak semua) atas covernya yang dianggap sensasional. Dan Tempo meminta maaf. Cover itu sendiri diakui oleh perancangnya diilhami oleh lukisan Leonardo Davinci “The Last Supper”, perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya sebelum Dia disalibkan. Namun tokoh-tokoh yang duduk di sekitar meja perjamuan itu adalah Soeharto, dan anak-anaknya (Tutut di kanan dan Sigit di kiri, dan Tomi sedang berbisik entah apa). Postur tubuh tokoh-tokohnya persis lukisan Last Supper. Saya sendiri mengaku ketika pertama kali melihat cover itu terperanjat dan
bertanya-tanya: apa hubungannya? Mengapa desainer itu melukiskan Soeharto seperti Yesus sedang makan Paskah terakhir sebagaimana lukisan Davinci itu?
Saya mengakui sebenarnya lukisan Last Supper itu adalah imajinasi Davinci sendiri (sebab Yesus dan murid-muridNya tidak terbiasa duduk di kursi memakai meja) yang memakai kerangka berpikir Eropah abad pertengahan. Wajah Yesus adalah wajah Yesus yang dibayangkan oleh sang pelukis. Kita semua tahu bahwa pada masa itu sama sekali belum ada kamera dan wajah Yesus baru “dilukis” sesudah beberapa abad kematianNya. Karena itu dari segi agama sebenarnya tidak ada penodaan atau pelecehan. Tapi tunggu dulu. Sebagian orang Kristen, terutama dari kalangan Katolik dan ortodoks memperlakukan lukisan tokoh-tokoh
Alkitab dan bapa-bapa gereja tidak sekadar lukisan atau dekorasi, tetapi bagian dari perlengkapan ibadah, bahkan ikon, benda suci, Kitab Suci dalam rupa atau gambar. Disinilah masalahnya. Tempo tentu bisa dianggap tidak sensitif terhadap keyakinan pemeluk agama Kristen khususnya Katolik yang meninggikan lukisan-lukisan agama itu. Namun bukan hanya umat Katolik yang merasa terusik. Lukisan Davinci telah lama merasuk ke dalam kehidupan umat Kristen secara keseluruhan. Lukisan itu begitu banyak dipasang di ruang tamu Kristen (bukan hanya Katolik) dan menjadi simbol kekristenan yang paling populer sesudah
salib. Apalagi lukisan itu merujuk kepada sakramen perjamuan kudus yang diamanatkan oleh Yesus. Pertanyaan di sini: mengapa Tempo menggunakan simbol keagamaan yang sangat penting ini untuk pemberitaannya tentang Soeharto setelah dia (Soeharto) pergi? Namun jangan gusar. Bukan Tempo yang pertama kali mengutak-atik lukisan Last Supper. Kalau tidak percaya: googling saja atau lacak saja di internet. Dengan mudah kita bertemu lukisan atau karikatur yang mengambil Last Supper sebagai inspirasinya. Sebagian inspiring dan sebagian lagi konyol.
Kebetulan saya bukan kritikus seni. Sebab itu saya mencoba memahami makna cover Tempo itu dengan logika saya sendiri. Terus terang, awalnya sulit sekali bagi saya memahami kenapa sang perancang cover menyamakan Soeharto dengan Yesus. Kedua tokoh ini menurut saya berbeda bagaikan langit dan bumi. Yesus seorang miskin papa dan tidak meninggalkan warisan sedikit pun bahkan tidak punya rumah. Soeharto kaya raya dan pernah disebut Forbes sebagai salah satu orang terkaya di dunia dan dituduh mendapatkan harta itu dengan tidak sah. Yesus tidak memiliki anak atau keturunan sementara Soeharto punya anak cucu
yang senantiasa disokong dan diistimewakannya berbisnis selama dia berkuasa. Yesus tidak pernah menjadi penguasa politik dan militer. Soeharto adalah presiden 32 tahun dan jenderal besar. Yesus tidak pernah melakukan kekerasan. Soeharto (sesuai pengakuannya sendiri) menganggap kekerasan itu perlu. Lantas apa hubungan antara Yesus dan Soeharto kecuali sama-sama anak desa? Mengapa si perancang melukis Soeharto bagaikan Yesus di hari terakhir kehidupannya? Saya tidak yakin Tempo bodoh atau lugu. Juga saya tidak yakin Tempo ingin menghina agama Kristen yang saya anut sebab selama bertahun-tahun membaca Tempo saya menangkap komitmen Tempo kepada pluralitas agama dan budaya. (Namun saya percaya Tempo kadang butuh sensasi menaikkan oplah). Lantas selain sensasi dalam rangka menaikkan tiras apa pesan yang mau disampaikan majalah kesukaan saya ini?
Setelah membaca seksama keseluruhan laporan utama majalah Tempo tentang sepak-terjang Soeharto dan anak-anak serta cucunya, saya berkesimpulan Tempo sedang menyindir. Ya itu gaya khas Tempo (juga kebiasaan orang Timur baik-baik). Dia menyindir bangsa ini, orang-orang Kristen dan beragama lainnya, dan mungkin juga menyindir media-media lain yang tiba-tiba mengangkat Soeharto menjadi orang suci tanpa cela (dengan melupakan begitu saja pembantaian terhadap orang PKI, korban operasi militer di Aceh dan Papua, kerusuhan Mei yang menyengsarakan puluhan ribu warga Tionghoa, kebangkrutan ekonomi dll).
Sindiran itu kena. Saya merasa ditohok, sebab saya tahu betul ada banyak sekali orang Kristen (juga orang beragama lainnya) yang diam-diam atau terang-terangan memuja Soeharto seperti seorang “tuan dari segala tuan” dan “raja dari segala raja” yang harus ditaati mutlak atau tanpa syarat. Ya banyak orang di saat Soeharto berkuasa dan apalagi setelah matinya menganggap dia bagaikan “juruselamat” bangsa ini. Dengan memparodikan lukisan Davinci, Tempo sedang membuat Yesus (secara tersirat tokoh-tokoh luhur penganjur iman lainnya) sebagai cermin bagi Soeharto dan semua orang berkuasa dan berambisi berkuasa mutlak. Alih-alih menghina Yesus, majalah yang didirikan oleh Gunawan Mohammad itu justru meninggikan Yesus yang sepanjang hidupNya
memilih kesederhanaan, kebenaran, cara-cara tanpa kekerasan, dan jauh dari kekuasaan duniawi. Sebaliknya tentang Soeharto tahu sendirilah. Sebab itu menghadapi sindiran semacam itu saya dan kita seharusnya senyum (walau muka memerah) dan bukannya marah-marah. Apalagi tanpa membaca laporan yang ada dibalik cover majalah itu.
Sebab itu saya sama sekali tidak tersinggung dengan cover Tempo yang mengambil inspirasi dari lukisan terkenal Leonardo Davinci. Malah saya bersyukur. Cover Tempo itu dan terutama laporan di dalamnya bukan saja memberi saya informasi “enak dibaca dan perlu” tentang Soeharto, tetapi juga mendorong saya merenung ulang tentang apa sebenarnya yang disebut menjadi kristen atau pengikut Yesus di Indonesia yang centang-perenang ini. Yaitu: menjadikan hidup Yesus sebagai teladan atau acuan. Silahkan catat: inilah sikap hidup Yesus yang harus juga ada pada orang-orang yang mengatakan diri sebagai pengikutNya: mengambil resiko mengatakan yang benar, tidak mau menggunakan kekerasan, dan suka membela orang miskin dan tersingkirkan. Jujur,
sedikit-banyak sikap itu saya temukan secara konsisten pada orang-orang Tempo. Namun saya mau tanya terutama kepada kawan-kawan saya Kristen: apakah sikap hidup Yesus itu juga ada pada Anda yang hari-hari ini merasa imannya terusik dan tersinggung. Jika tidak, diamlah [.]

Berita Terpanas Hari ini


Ramadhan: Yang Mau Kudeta SBY 

Orangnya Itu Juga

TEMPO.COJakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Ramadhan Pohan menegaskan bahwa upaya menjatuhkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang benar-benar ada. "Itu sudah lama dan yang mau kudeta orang-orangnya itu-itu juga," kata Ramadhan pada Minggu, 18 Maret 2012. Ramadhan mengatakan, sebenarnya penggantian presiden bukanlah persoalan berarti sepanjang dilakukan dengan cara-cara yang demokratis. "Bukan dengan cara yang tidak demokratis," katanya.
Ia menanggapi apa yang disampaikan SBY dalam acara silaturahmi dan konsolidasi Partai Demokrat di Cikeas hari ini. Dalam pidatonya, SBY mengatakan bahwa ada gerakan "aneh". Ia menunjuk pada sekelompok orang yang menurutnya ingin merebut kursi presiden dengan cara-cara yang tidak demokratis. Awal bulan ini, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Joko Suyanto mengungkapkan bahwa intelijen telah mencium adanya gerakan yang ingin menggulingkan pemerintahan SBY. Penggulingan ini menggunakan isu keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) April mendatang. GADI MAKITAN

foto

Ramadhan Pohan. TEMPO/Subekti
My friend Lloyd Lester just put up this new video that you should watch as soon as you can...
Watch This Video To Discover The Secrets To Developing Sensational Stamina And Enjoying Sex That Lasts!
=> Watch The Video Here

Best Sex Positions to Last Longer in Bed - Are You Ready For Enhanced Sexual Endurance With These?

By Lloyd Lester, Creator, EjaculationByCommand.com
Have you been looking for sex positions that will help you fix premature ejaculation and last longer in bed? Well, your search ends here, to use an often-used cliche! There are sex positions that will not only maximize her sexual pleasure, but will also add minutes to your sex without any additional effort! Interested to learn more? I thought so too! Keep reading...
The Best Positions to Last Longer In Bed
Position #1 - "The Surreptitious Female Rider"
This is perhaps the best position for you if you are looking to last longer. Let her mount atop you while having sex. There are 2 advantages to this position:
Greater Control: You can control your arousal completely. This is because this position allows your body to be completely relaxed and stress-free. You are lying on your back and just enjoying the sensations coursing through your body. When you are this relaxed, you can control your arousal whenever you want.
Putting Her In Charge: The best advantage to this position is that she is in charge of the stimulation. Her rhythmic movements might inflame you, but you are in total control of your arousal and you can relax or tighten your pelvic muscles with total ease. How great is that?
Position #2 - "The Reversing Female Rider"
This is another great position you can try out. This is the reverse of Position #1. This is where your partner mounts you, but in a 'facing away' position. You can try this variation after adopting the traditional female rider. It can help vary the stimulation, without losing the fun and pleasure of the act.
So the next time you want to beat premature ejaculation and last longer, without spoiling the fun of the act or making it obvious, try these 2 positions. Vary between the two after a while during lovemaking. This is the best way to enjoy the pleasures that these different positions offer, while maintaining your arousal and erection for a longer time.
How Does A Position Change Help Me Last Longer?
It helps you in 2 ways:
1.  Appearing More Dominant: Women like guys to take charge in bed. So, when you change positions every now and then, you are actually increasing your attraction in bed!
2.  No Obvious Changes: When you are in the middle of an enjoyable sexual encounter, you don't want to do something to distract or annoy her! Subtly changing positions is the best way to manage your arousal, while not appearing too obvious about it. You can use a number of sex positions to both vary your pleasure and to last longer in bed. Try the two variations above and get more out of that love encounter!
About the author:
Lloyd Lester is the creator of "Ejaculation By Command", a complete, step-by-step blueprint to help men permanently end premature ejaculation and last longer in bed. Learn how you can develop superior sexual endurance and enjoy transformative sex by visiting: Ejaculation By Command.